Jama'ah Penuh Berkah

Tidak ada dakwah tanpa kepemimpinan. Kadar tsiqah antara qiyadah dan jundiyah menjadi penentu bagi sejauh mana kekuatan sistem jamaah, kemantapan langkah-langkahnya, keberhasilan dalam mewujudkan tujuan-tujuannya, dan kemampuannya dalam mengatasi berbagai tantangan dan kesulitan.

Bekerja Untuk Indonesia

Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan. (9:105)

Inilah Jalan Kami

Katakanlah: Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik. (12:108)

Biduk Kebersamaan

Biduk kebersamaan kita terus berjalan. Dia telah menembus belukar, menaiki tebing, membelah laut. Sayatan luka, rasa sakit, air mata adalah bagian dari tabiat jalan yang sedang kita lalui. Dan kita tak pernah berhenti menyusurinya, mengikuti arus waktu yang juga tak pernah berhenti.

Kesungguhan Membangun Peradaban

Semua kesungguhan akan menjumpai hasilnya. Ini bukan kata mutiara, namun itulah kenyataannya. Setiap orang akan mendapatkan apa yang diusahakan dengan sepenuh kesungguhan.

Jumat, 25 Februari 2011

DPRa PKS KAPUK MUARA

Abdillah Onim, WNI Pertama Menikahi Gadis Gaza

Alhamdulillah, berkat pertolongan ALLAH Subhanahu wa Ta’ala, Abdillah Onim, relawan MER-C Indonesia yang sedang menjalankan tugasnya di Gaza untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia, mempersunting seorang Muslimah warga Jabaliya bernama Rajaa Al-Hirthani.

Proses pernikahan Abdillah, terbilang unik dikarenakan untuk pertama kalinya seorang WNI menikah dengan warga Gaza, di Jalur Gaza. Selain itu, setelah beberapa kali meminang beberapa muslimat di Jalur Gaza, mulai dari Khan Younis, Shija’iya, Gaza, akhirnya Abdillah menemui pelabuhan hatinya di Jabaliya, sebuah kota kecil yang religius, berpenduduk sangat padat dengan jumlah lebih dari 70.000 jiwa.

Diperkenalkan oleh beberapa sahabat bernama, Abdillah bertemu dengan calon istrinya dengan proses yang cukup islami, dengan cukup melihatnya satu kali, kemudian dilanjutkan dengan salingistikharah, untuk menentukan sikap apakah mereka saling menyetujui untuk membina rumah tangga.

Setelah istikharah, akhirnya mereka memutuskan untuk saling menerima. Proses pernikahan ini terbilang sangat unik juga, bertemu satu kali, tiga hari kemudian saling menerima, hari ke empat melamar, hari kelima penyerahan mahar, dan hari ke enam ijab qabul.

Saat melamar sang pujaan hatinya, selain ditemani oleh seluruh Tim Relawan Pembangunan RS Indonesia yang saat ini seluruhnya berjumlah 7 orang, Abdillah Onim juga ditemani oleh Ketua IHH Cabang Gaza, Muhammad Kaya. Berbeda dengan proses lamaran di Indonesia, proses melamar di Gaza terbilang sangat sederhana, hanya dihadiri oleh beberapa orang, kemudian menyepakati beberapa hal, seperti jumlah mahar, tanggal penyerahan mahar dan tanggal ijab qabul kemudian ditutup dengan doa.

Mengambil tempat di belakang rumah calon mempelai wanita dengan dihadiri oleh beberapa pejabat dari Pemerintah Gaza, Rabu (16/02), prosesi acara penyerahan mahar pun terbilang sangat sederhana dan hanya berlangsung kurang dari 20 menit. Mewakili keluarga Abdillah Onim, Shaikh Yakub Ismail Sulaiman, menyampaikan rasa terima kasih dan syukur yang mendalam kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’alakarena ini adalah pertama kalinya seorang WNI menikah dengan warga Gaza, dan pihak keluarga calon mempelai wanita menerima dengan tulus dan ikhlas pinangan Abdillah. Kemudian mahar sejumlah 3.000 USD pun diserahterimakan kepada orang tua laki-laki si mempelai wanita. Tampak hadir dalam acara tersebut, Walikota Bayt Lahiya, Dirjen Kementrian Transportasi, Perwakilan dari UIG (Universitas Islam Gaza), dan beberapa pejabat lainnya. Acara ditutup dengan doa, dilanjutkan makan manisan ala Gaza.

Keesokan harinya, Kamis 17 Februari 2011 tepat pukul 10.10 WG, bertempat di Mahkamah Pernikahan kota Jabaliya, Abdillah Onim mengucapkan Ijab Qabulnya. Bertindak sebagai wali dalam pernikahan tersebut adalah ayah mempelai wanita, dengan 2 orang saksi yaitu Shaikh Ya’kub Ismail Sulaiman dan Ibrahim Al-Hirthani. Abdillah tak kuasa menahan harunya, dengan suara nyaris tak terdengar deraian air mata membahasi pipinya tatkala mengucapkan ijab qabul. Resmilah Abdillah menyandang predikat sebagai seorang suami. Semua rekan-rekan relawan Indonesia memeluk Abdilah Onim, rasa bahagia dan haru menyelimuti semua relawan Indonesia. Subhanallah, ALLAH benar-benar menyayangi hamba-Nya.

Proses, pernikahan Abdillah juga diliput oleh berbagai media di Gaza, seperti Felesteen al ann dan Koran Risalah Palestina.

Sebagai seorang relawan yang bergabung di MER-C sejak tahun 1999, kehidupan Abdillah Onim memang sangat sederhana. Ia berasal dari sebuah daerah di wilayah Timur Indonesia yaitu Galela, kabupaten Halmahera Utara, provinsi Maluku Utara. Abdillah berangkat ke Gaza tujuh bulan yang lalu dengan meninggalkan ibu, keluarga, dan sanak familinya, begitu juga dengan pekerjaan yang menjadi penghidupannya sehari-hari. Tidak terbayang sedikitpun bahwa dia akan memperoleh istri warga Gaza.

Awalnya terasa berat tatkala pihak keluarga calon istri, meminta mahar sejumlah 3.000 USD. Tidak terbayang darimana uang sebanyak itu bisa dia siapkan. Sebagai seorang relawan yang bekerja tulus ikhlas, Abdillah memang sama sekali tidak mengharapkan imbalan atas apa yang dikerjakannya. Namun rekan-rekan sesama relawan Indonesia senantiasa men-support-nya, agar dia serahkan semuanya kepada ALLAH Subhanahu wa Ta’ala. Lima jam sebelum penyerahan mahar, uang yang dimiliki oleh Abdillah jauh dari mencukupi sejumlah tersebut.

Namun, ALLAH yang Maha Kaya, ALLAH lah yang mencukupkan seorang hamba tatkala dia akan menikah sebagaimana firman ALLAH Subhanahu wa ta’ala “Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas (Pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (An Nuur: 32)

“Ada tiga golongan manusia yang berhak Allah tolong mereka, yaitu seorang mujahid fi sabilillah, seorang hamba yang menebus dirinya supaya merdeka dan seorang yang menikah karena ingin memelihara kehormatannya”. (HR. Ahmad 2: 251, Nasaiy, Tirmidzi, Ibnu Majah hadits no. 2518, dan Hakim 2: 160)

Maha Benar ALLAH dengan segala Firman-Nya, tepat beberapa jam sebelum mahar diserahkan, ALLAH Subhanahu wa Ta’ala memberikan rizki-Nya kepada sang hamba lewat sahabat-sahabat yang dengan tulus dan ikhlas memberikan bantuannya. Abdillah sangat terharu dengan pertolongan dari ALLAH yang datang seketika dan tak henti-hentinya mengucap syukur kepada ALLAH atas limpahan kasih sayang yang diberikan-Nya. Tak lupa pula ucapan terima kasih atas segala bantuan yang tak ternilai harganya. Semoga ALLAH Subhanahu wa Ta’ala membalas segala kebajikan para sahabat, teman, saudara semuanya dengan balasan yang lebih baik lagi. (Nur Ikhwan Abadi – Relawan Pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza)

http://sahabatalaqsha.com/nws/

Hak Angket dan Politik Integritas PKS

DPRa PKS KAPUK MUARA

Hak Angket dan Politik Integritas PKS


http://i405.photobucket.com/albums/pp135/djoenn_vedder/logo20buletin123_1.jpg
“Kalau masih punya harga diri, kehormatan dan integritas harusnya (Golkar dan PKS) mundur. Ini masalah integritas," kata pengamat politik dari Universitas Indonesia, Arbi Sanit (www.detik.com). Pendapat ini dilontarkan pria yang kerap tampil dengan rambut berkuncir itu menanggapi kekalahan para pendukung hak angket pajak saat voting, Selasa malam. Benarkah PKS tak memiliki integritas?

Ada empat partai yang mendukung hak angket mafia pajak: PDIP, Partai Golkar, PKS dan Hanura. Dari keempat partai itu, keberadaan PKS jelas sangat menarik untuk dicermati. Mengapa PDIP, Partai Golkar dan Hanura tidak menarik? Begini penjelasannya.

Kita mulai dari PDIP. Sebagai partai yang sedari awal berada dalam barisan oposisi, dukungan PDIP jelas sangat tak mengejutkan. Bersikap kritis dan berseberangan dengan pemerintah adalah konsekuensi logis sebagai partai oposisi. Tugas mereka memang seperti itu. Tak lebih dan tak kurang. Konsistensi sikap sebagai oposisi akan sangat menguntungkan bagi pencitraan di mata publik, terlebih banyak petinggi mereka yang tersandung kasus korupsi. Selain itu, dukungan pada hak angket mafia pajak juga bisa diartikan untuk menaikkan posisi tawar mereka. Maklum, belakangan semakin kencang berhembus kabar “kemesraan” PDIP dan PD. Ketakhadiran delapan anggota DPR dari PDIP saat voting, termasuk Taufik Kiemas, dapat diletakkan pada konteks ini.

Bagaimana dengan Hanura? Setali tiga uang dengan PDIP. Keberadaan sebagai partai oposisi membuat Hanura tak punya pilihan lain yakni tetap bersuara lantang terhadap pemerintah. Apalagi jumlah kursi mereka yang sedikit, membuat bargaining position mereka pun rendah.

Bagi PDIP dan Hanura, mendukung hak angket mafia pajak, bisa dipastikan tak memiliki dampak negatif. Yang ada justru citra mereka tetap terjaga sebagai “watchdog” pemerintah. Tak ada ancaman reshuffle karena tak ada kader mereka yang menjadi menteri di pemerintahan.

Sekarang kita lihat Partai Golkar. Bukankah mereka menjadi bagian koalisi? Ya. Kalau demikian, mereka berani menanggung resiko paling pahit yakni dikeluarkan dari pemerintahan SBY? Bisa ya, bisa tidak. Satu yang pasti, langkah ini sudah mereka kalkulasi sedemikian cermat. PG memiliki jumlah kursi signifikan di DPR. Ini membuat posisi tawar mereka sangat tinggi. PD akan berpikir ratusan kali untuk mengeluarkan PG dari barisan koalisi. Kondisi ini membuat PG bebas bermanuver, melakuka politik zig-zag, yang membuat PD gerah dan kebat-kebit. Tapi PG sangat percaya diri. Mereka haqul yakin PD tak akan berani bertindak. Paling jauh hanya menggertak. Kecuali, jika PD berhasil membujuk PDIP, maka posisi PG menjadi rawan. Tapi, itu sulit terjadi, selama Megawati masih ada di tubuh Moncong Putih. Kesimpulannya: hampir tak ada konsekuensi berat bagi PG dengan mendukung hak angket mafia pajak. Posisi mereka aman, the untouchable party.
Pada titik inilah mengapa posisi PKS menjadi sangat menarik. Dengan jumlah kursi hanya 57, posisi mereka tak aman. Sederhananya begini: PKS adalah partai yang paling memungkinkan menerima pil pahit akibat mendukung hak angket mafia pajak. Mereka sangat rentan didepak oleh SBY, berbeda dengan PG. Pertanyaannya: mengapa PKS mengambil posisi ini? Inilah politik integritas.

Integritas adalah melakukan apa yang dikatakan. Mengerjakan apa yang dituliskan. PKS adalah partai yang menjunjung tinggi moralitas dan kejujuran. Tagline mereka pun jelas: Bersih, Peduli dan Profesional. Visi dan misi PKS yang menginginkan negeri ini adil dan sejahtera secara gambling tertulis di AD/ART-nya. Untuk mencapai itu, tentu saja bangsa ini harus dibersihkan dari korupsi. Mendukung hak angket mafia pajak adalah ikhtiar PKS mewujudkan visi dan misinya tersebut.

Kecuali itu, dengan mendukung hak angket, PKS secara konsisten menjalankan fungsi kepartaian: sebagai artikulator dan aggregator. Silent majority bangsa ini sudah pasti muak dengan ulah Gayus yang menjadi mafia pajak. Silent majority negeri ini sudah tentu jengah dengan korupsi yang terus merajalela. Tapi mereka tak bersuara. Diam. Dan PKS dengan cerdas menangkap “suara” ini dengan mengartikulasikannya dan mengagregasikanya di legislatif.

Loh, bukankah PKS bagian koalisi? Dan bukankah sudah sepantasnya patuh dengan aturan koalisi? Musyarokah harus ditempatkan pada posisi yang sebenarnya. Berkoalisi sangat dianjurkan selama untuk kebaikan dan menyuarakan kebenaran. Lalu, jika ada kebenaran yang hendak ditutupi, masihkah kita berdiam diri dan malah mendukungnya? Berkoalisi bukan berarti kita tunduk patuh. Justru harus tetap kritis, terutama di parlemen. Bukankah disaat anggota dewan PKS kritis di legislatif, disaat yang sama kader-kader terbaik PKS bekerja keras di pemerintahan? Inilah koalisi yang indah.

Lembar sejarah Islam sudah terlalu banyak mengajarkan kita untuk bersikap kritis kepada penguasa. Simaklah kisah Amirul Mukminin Umar bin Khattab r.a. Suatu hari ia naik mimbar dan berkhutbah, "Wahai, kaum muslimin! Apakah tindakanmu apabila aku memiringkan kepalaku ke arah dunia seperti ini?" (lalu beliau memiringkan kepalanya).

Seorang sahabat menghunus pedangnya. Sambil mengisyaratkan gerakan memotong leher, ia berkata, "Kami akan melakukan ini."
Umar bertanya, "Maksudmu, kau akan melakukannya terhadapku?"
Orang itu menjawab, "Ya!"
Lalu Umar berkata, "Semoga Allah memberimu rahmat! Alhamdulillah, yang telah menjadikan di antara rakyatku orang apabila aku menyimpang dia meluruskan aku."

Untuk menjalankan politik integritas sangatlah tidak mudah. Godaan kekuasaan selalu datang. Betapa banyak partai yang akhirnya tergelincir. Awalnya menjadi oposisi, namun karena diiming-imingi “permen kekuasaan”, partai tersebut tak kuasa menolak.

Politik integritas hanya bisa dilakukan oleh partai yang berideologi kuat. Yang memiliki akidah yang menghujam hingga ke dalam jiwa. Yang memiliki hati nurani. Yang menjadikan kekuasaan hanya ditangan, bukan dihati. Yang siap dengan segala konsekuensi terjelek sekalipun. Yang tak segan menyuarakan kebenaran meski pahit adanya.

Jadi, sesungguhnya, siapakah yang tak memiliki intergritas itu, Pak Arbi?
(erwynkurniawan)

Selasa, 22 Februari 2011


DPRa PKS KAPUK MUARA


Keanggotaan PK Sejahtera


Syarat Keanggotaan Partai Keadilan
Setiap warga negara Indonesia dapat menjadi anggota Partai keadilan, dengan syarat (Pasal 1 dan 2)

Warga Negara Indonesia, laki-laki maupun perempuan.
Berusia tujuh belas tahun ke atas, atau sudah menikah.
Berkelakuan baik.
Setuju dengan visi, misi, dan tujuan partai.
Mengajukan permohonan menjadi anggota partai kepada Sekretariat Pusat melalui Dewan Pimpinan Daerah.
Melaksanakan dan disiplin dengan kewajiban-kewajiban keanggotaan.
Mengucapkan janji setia pada prinsip-prinsip dan disiplin partai, sesuai dengan jenis atau jenjang keanggotaannya.
Jenis dan jenjang Keanggotaan (Pasal 3)

Anggota kader pendukung, yang terdiri dari:
Anggota Pemula yaitu mereka yang mengajukan permohonan untuk menjadi anggota partai dan terdaftar dalam keanggotaan partai yang dicatat oleh Dewan Pimpinan Cabang setelah lulus mengikuti Training Orientasi Partai.
Anggota Muda yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar satu.
Anggota Kader Inti, yang terdiri dari:
Anggota Madya yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat dasar dua.
Anggota Dewasa yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat lanjut.
Anggota Ahli yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat tinggi.
Anggota Purna yaitu mereka yang terdaftar dalam keanggotaan partai yang dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat dan telah lulus pelatihan kepartaian tingkat ahli.
Anggota Kehormatan yaitu mereka yang berjasa dalam perjuangan partai dan dikukuhkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan Anggota (Pasal 4)

Pengangkatan Anggota Pemula adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Pemula dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia bersama dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, komitmen kepada visi, misi, dan tujuan Partai Keadilan serta melaksanakan kewajiban keanggotaan, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan�.

Pengangkatan Anggota Muda adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Muda dilakukan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Daerah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia bersama dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, menjalankan syari�at-Nya, meningkatkan keimanan dan ketaqwaan, menjalin ukhuwah islamiyah dengan sesama anggota Partai Keadilan serta kaum muslimin lainnya, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan�.

Pengangkatan Anggota Madya adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Madya dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji kepada Allah yang Maha Agung untuk beramal bersama Partai Keadilan dalam rangka membela syari�at-Nya serta berda�wah kepada-Nya dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya katakan�.

Pengangkatan Anggota Dewasa adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Dewasa dilakukan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Wilayah.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji setia kepadamu untuk mendengar dan ta�at dalam menta�ati Allah, RasulNya serta jihad di jalan-Nya dalam kondisi giat maupun malas dalam keadaan mudah maupun sulit dengan bergabung dengan bergabung dalam Partai Keadilan dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya katakan �.

Pengangkatan Anggota Ahli adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Ahli dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji kepada Allah Yang Maha Agung untuk berpegng teguh kepada ajaran Islam, untuk berjihad di jalan-Nya, untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan Partai Keadilan dan kewajiban-kewajibannya, dan untuk mendengar dan taat kepada pimpinannya dalam keadaan suka maupun tidak suka - selain maksiat- sekuat kemampuan yang ada untuk melaksanakannya. Untuk itulah saya berjanji setia, dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan.�

Pengangkatan Anggota Purna adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Purna dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji kepada Allah Yang Maha Agung untuk berpegng teguh kepada ajaran Islam, untuk berjihad di jalan-Nya, untuk memenuhi syarat-syarat keanggotaan Partai Keadilan dan kewajiban-kewajibannya, dan untuk mendengar dan taat kepada pimpinannya dalam keadaan suka maupun tidak suka - selain maksiat- sekuat kemampuan yang ada untuk melaksanakannya. Untuk itulah saya berjanji setia, dan Allah menjadi saksi atas apa yang saya ucapkan.�

Pengangkatan Anggota Kehormatan adalah sebagai berikut:
Pengesahan pengangkatan sebagai Anggota Kehormatan dilakukan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Kartu Anggota dikeluarkan oleh Dewan Pimpinan Pusat.
Pengangkatan dilakukan dengan Janji setia perorangan dengan shighat janji setia sbb:
بسم الله الرحمن الرحيم
اَØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†ْ لاَ Ø¥ِÙ„َÙ‡َ Ø¥ِلاَّ اللهُ Ùˆَ Ø£َØ´ْÙ‡َدُ Ø£َÙ†َّ Ù…ُØ­َÙ…َّدًا رَسُÙˆْÙ„ُ اللهِ

�Saya berjanji untuk senantiasa berpegang teguh kepada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya, komitmen kepada visi, misi, dan tujuan Partai Keadilan serta memberikan sumbangan pemikiran yang berguna bagi kemajuan dan perkembangan Partai Keadilan, semaksimal kemampuan. Allah menjadi saksi atas segala yang saya ucapkan�

Prosedur Pengangkatan Anggota (Pasal 5)

Pengesahan pengangkatan anggota dilakukan dalam sebuah forum resmi partai.

Setiap anggota yang diangkat dan atau disahkan keanggotaannya harus telah lulus seleksi yang dilakukan oleh panitia penseleksian anggota yang dibentuk oleh partai.
Setiap anggota yang diangkat harus membaca dan menanda tangani naskah janji setia yang dimaksud pasal 4 ketetapan ini.
Pimpinan tingkat struktur terkait turut menandatangani sebagai saksi naskah janji setia yang dimaksud ayat 3 pasal ini.
Naskah janji setia yang telah melalui proses ayat 3 dan 4 pasal ini selanjutnya diserahkan secara resmi kepada anggota yang bersangkutan.
Hak-Hak Umum Anggota (Pasal 6)

Hak takaful (sepenanggungan) dan tadhamun (solidaritas) dari partai dan dari sesama anggota sesuai dengan perintah Islam.
Hak mengemukakan pendapat sesuai dengan adab Islami dan tertib struktural.
Hak mengajukan inisiatif dan kreasi dalam berbagai bentuk usulan.
Hak menuntut hak, membela diri, mengajukan perkara dan naik banding.
Hak-Hak Khusus Anggota (Pasal 7)

Hak-hak khusus Anggota Pemula adalah sebagai berikut:
Hak ikut dalam acara-acara resmi kepartaian tingkat cabang.
Hak ikut dalam pelatihan-pelatihan kepartaian.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus Anggota Muda adalah sebagai berikut:
Hak ikut dalam acara-acara resmi kepartaian tingkat daerah.
Hak ikut dalam pelatihan-pelatihan kepartaian.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus Anggota Madya, Dewasa, Ahli dan Purna adalah sebagai berikut:
Hak ikut serta dalam pemilihan dan pencalon an pada berbagai lembaga dan badan-badan partai.
Hak ikut serta dalam aktivitas dan kegiatan partai, bersuara dalam pengambilan keputusan-keputusan lembaga di mana ia ada di dalamnya.
Hak memberikan nasihat, mengkritik, mengevaluasi, mengemukakan pendapat dan usulan secara bebas merdeka.
Hak perlindungan dari segala bentuk kesewenang-wenangan atau kemudlaratan, atau perlakuan zhalim yang menimpa anggota yang disebabkan karena mengemukakan pendapat, atau melaksanakan tujuan dan arahan partai.
Hak memperoleh pembelaan terhadap dirinya di depan Dewan Syari�ah dan di depan peradilanumum.
Hak memperoleh kartu anggota.
Hak-hak khusus anggota kehormatan adalah sebagai berikut:
Hak ikut serta dalam acara-acara resmi yang dilaksanakan partai.
Hak mengajukan saran dan usul baik diminta atau tidak.
Hak memperoleh kartu anggota.
Kewajiban Anggota (Pasal 12)

Dalam segala aktivitasnya senantiasa bertolak dari perspektif nilai-nilai moral, keadilan dan kebenaran universal.
Berpegang teguh pada pemahaman partai terhadap Islam yang berlandaskan Kitab dan Sunnah dan yang telah dijabarkan dalam Ketetapan-ketetapan Musyawarah Nasional dan Majelis Syuro.
Mengikuti program pembinaan keislaman yang diselenggarakan oleh partai.
Melakukan pembelaan terhadap prinsip-prinsip partai dari segala usaha yang mendiskreditkan dengan cara yang dibenarkan sejauh kemampuannya.
Menjadi contoh dalam berkorban demi membela kebenaran dan menegakkan keadilan, melindungi dan membela tanah air dan kemerdekaannya, menjaga kesatuan dan persatuan.
Bekerja keras memperkokoh kedudukan Partai, mewujudkan tujuan dan cita-citanya.
Komitmen dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga partai dalam sikap dan perilaku.
Berusaha secara sungguh-sungguh merealisasikan program-program partai.
Komitmen dengan pertemuan-pertemuan partai.
Berusaha secara sungguh-sungguh menyatukan unsur-unsur bangsa dan memantapkan persaudaraan antar mereka.
Membiasakan bermusyawarah sebagai kepriba dian, menghormati pendapat orang lain, komit men dengan pendapat mayoritas, melaksanakan keputusan-keputusan pimpinan, dan mema tuhinya selama tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip partai.
Berusaha memperkuat hubungan Partai dengan rakyat dan bekerja untuk memperoleh pen dukung.
Menghindari sikap, perkataan atau perbuatan yang bertentangan dengan tujuan Partai.
Menjaga dan melindungi serta menjamin amanah yang dipercayakan kepadanya.
Menjaga dan memelihara keamanan Partai serta sarana-sarana yang dimilikinya.
Berpegang teguh kepada peraturan-peraturan, kebijakan-kebijakan dan sikap-sikap partai terhadap permasalahan umum..
Secara teratur membayar iuran bulanan atau tahunan sesuai dengan aturan keuangan partai.
Menyerahkan iuran, infaq dan shadaqah hartanya kepada partai.
Berusaha mencari pembiayaan partai dalam bentuk sumbangan, wasiat, waqaf dan lain sebagainya.

Senin, 21 Februari 2011

Taujih Sambut Mukernas PKS 2011



DPRa PKS KAPUK MUARA

Taujih Sambut Mukernas PKS 2011
by Partai Keadilan Sejahtera on Monday, 14 February 2011 at 07:42
Oleh : Cahyadi Takariawan*

Apa makna menjadi pengurus organisasi dakwah bagi para kader? Tentu
sangat banyak maknanya, namun saya mengajak anda melihat dari dua
aspek ini saja: lahan kontribusi dan lahan kaderisasi. Dua makna
penting yang harus menjadi cara pandang kita dalam kehidupan
berstruktur atau berorganisasi dakwah.

Pertama adalah lahan kontribusi. Organisasi dakwah telah mendidik dan
menyiapkan banyak kader dengan beragam potensi dan keahlian. Semua
potensi dan semua keahlian yang dimiliki para kader sangat bermanfaat
bagi organisasi dalam mengelola semua aktivitas dan programnya untuk
mencapai tujuan yang ingin dicapai. Dengan dilibatkannya para kader
dalam struktur kepengurusan, telah menjadi lahan berkontribusi yang
nyata untuk mengoptimalkan segala potensi yang dimiliki.

Ada potensi administrasi, ada potensi kepemimpinan, ada potensi
manajerial, ada potensi loby, ada potensi ekonomi, sosial, politik,
pendidikan, kesehatan, hukum dan lain sebagainya. Keseluruhan potensi
tersebut diwadahi dalam bingkai struktur organisasi, menempatkan orang
yang tepat pada posisi yang tepat sesuai kemampuan, keahlian dan
potensi yang dimiliki. Dengan manajemen yang tepat, semua potensi
diolah dalam sebuah orkestra kepengurusan yang harmonis, sehingga
menghasilkan simponi yang indah, teratur, berirama dan terarah.

Orkestra bisa kacau, atau menghasilkan lagu yang tidak enak didengar,
sumbang dan tidak serasi, karena ada bagian dari pemain orkestra yang
tidak melaksanakan tugasnya dengan baik. Mengapa tidak melaksanakan
tugas dengan baik? Bisa jadi karena tidak sesuai kemampuan dan
keahliannya. Ahli gitar yang diminta memainkan biola tentu tidak akan
menghasilkan harmoni yang tepat. Bisa jadi pula karena kualitas dan
integritas pribadi yang bersangkutan, yang tidak memiliki kemampuan
untuk bekerja dalam tim, atau tidak memiliki obsesi serta cita-cita
kemajuan dan perbaikan. Dia tidak peduli kalau konser orkestra
tersebut berantakan dan tidak sukses.

Dalam perspektif ini, menjadi pengurus organisasi dakwah di level
apapun, di pusat, propinsi, kabupaten/kota, kecamatan ataupun
desa/kelurahan, menjadi lahan bagi kader untuk mengkontribusikan
waktu, tenaga, pemikiran dan semua potensi yang dimiliki bagi
tercapainya tujuan-tujuan organisasi dakwah. Keterlibatan dalam
struktur organisasi menjadi sarana tersalurkannya berbagai kemampuan
dan keahlian kader, yang sesuai dengan dinamika internal dan eksternal
organisasi tersebut. Ini merupakan makna yang penting, dimana segala
potensi kader bisa tersalurkan dalam wahana dan sarana yang tepat
untuk dikontribusikan bagi pencapaian tujuan.

Pada sisi yang lain, organisasi dakwah dipenuhi oleh para kader yang
memang memiliki kapasitas yang memadai sehingga menyebabkan organisasi
menjadi dinamis dan memiliki keunggulan kompetitif. Pada akhirnya
bertemulah antara lahan kontribusi kader dengan kebutuhan organisasi
dakwah yang dinamis. Potensi kader terkontribusikan secara optimal,
pada saat yang sama organisasi dakwah menjadi kuat dan unggul karena
dikelola oleh para kader yang penuh potensi.

Namun jangan hanya memandang posisi kepengurusan hanya dari segi lahan
kontribusi kader saja, harus digenapkan cara pandang kita dengan
memahami bahwa kepengurusan organisasi dakwah adalah lahan kaderisasi.
Inilah makna kedua dari kepengurusan organisasi dakwah, dan merupakan
makna yang sangat penting bagi sebuah organisasi kader. Menjadi
pengurus organisasi adalah lahan melakukan kaderisasi, dimana setiap
saat, setiap periode kepengurusan, kader datang silih berganti mengisi
pos-pos yang tepat bagi dirinya.

Di sisi ini terjadi sesuatu yang unik, karena kedua makna ini bisa
dipandang sebagai sesuatu yang sinergis, namun bisa juga dipandang
sebagai sesuatu yang kadang bertubrukan kepentingan. Dalam perspektif
sinergis, kepengurusan dalam organisasi dakwah adalah lahan kontribusi
bagi potensi kader yang sekaligus menjadi lahan kaderisasi struktural.
Namun dalam sisi yang bersebelahan, kadang organisasi harus memilih
beberapa personal kader saja untuk menempati pos-pos kepengurusan,
sementara kader jumlahnya sangat banyak yang tidak mungkin tertampung
semua dalam struktur kepengurusan. Tentu ini pilihan yang sulit.

Dalam setiap prosesi pergantian kepengurusan organisasi dakwah lewat
mekanisme Musyawarah, selalu ada suasana khas. Ada pengurus lama yang
sudah berpengalaman dan bertambah ilmunya karena telah melaksanakan
amanah kepengurusan selama satu atau dua periode, namun ada sangat
banyak kader potensial yang siap menempati pos-pos kepengurusan,
dengan menjadi pengurus baru.

Para pengurus lama telah menjadi senior, yang karena memiliki
pengalaman struktural pada periode sebelumnya, menjadi bertambahlah
ilmu, pengetahuan, kecerdasan, ketrampilan dan kemampuannya dalam
menjalankan amanah organisasi. Potensi mereka bertambah besar dan
sangat penting untuk dikontribusikan bagi organisasi dakwah. Namun,
para senior harus pandai menempatkan diri agar tidak terjebak dalam
sebuah suasana status quo, dimana merasa mapan dengan posisi
struktural dalam organisasi dakwah sehingga tidak mau digeser atau
diganti.

Jika kepengurusan jumud dan statis, tidak memberikan kesempatan kepada
kader baru untuk terlibat dalam struktur organisasi, akan menyebabkan
kaderisasi mandeg. Kader-kader baru yang terus bermunculan tidak
mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan pembelajaran dan pengalaman
berstruktur, pada saat yang bersamaan organisasi bisa mengalami
kejumudan karena diisi oleh wajah-wajah lama. Untuk itu, pengalaman
berstruktur perlu dibuka seluas-luasnya bagi kader-kader baru, agar
terjadi dinamisasi dan percepatan kaderisasi.

Hal ini tentu saja tidak menghalangi bagi organisasi untuk tetap
mempertahankan beberapa personal lama di beberapa posisi yang dianggap
penting dan perlu diisi oleh senior berdasarkan pertimbangan strategis
yang ada pada waktu itu. Ada tokoh-tokoh senior yang memang sangat
diperlukan untuk menjaga organisasi, namun perlu banyak kader baru
yang harus segera dimunculkan. Komposisi tua – muda atau senior –
yunior ataua lama – baru menjadi penting untuk menjaga agar organisasi
menjadi seimbang dengan adanya kebijakan dan hikmah dari para senior,
namun tetap menggelorakan semangat kader-kader muda.

Pada konteks kaderisasi struktural seperti ini, ada banyak kesadaran
besar yang harus dibangun di hati dan benak semua kader.

Kesadaran pertama, bahwa kontribusi dakwah tidak selalu dan tidak
harus dibangun dalam wadah kepengurusan formal. Sangat banyak lahan
kontribusi untuk menyumbangkan segala potensi yang kita miliki di
jalan dakwah. Menjadi pengurus adalah salah satu lahan kontribusi,
namun tidak mungkin semua kader tertampung dalam struktur kepengurusan
formal. Struktur organisasi dakwah selalu lebih sempit dibandingkan
dengan jumlah dan potensi kader yang dimiliki. Purna kepengurusan
tidak berarti purna kontribusi bagi dakwah, karena kontribusi bisa
diberikan dalam berbagai bidang amal salih yang sangat luas.

Kesadaran kedua, bahwa pengalaman berstruktur dalam organisasi dakwah
merupakan bagian utuh dari proses tarbiyah (pembinaan dan
pengkaderan). Oleh karena itu, para senior harus memberikan tempat dan
kesempatan yang luas bagi para kader muda untuk mengalami dan
merasakan pengalaman berstruktur tersebut. Pemunculan kader menjadi
pengurus baru merupakan sebuah akselerasi pergerakan dakwah, agar
semakin banyak kader memiliki kemampuan, ketrampilan dan pengalaman
berstruktur. Dengan demikian, organisasi dakwah telah menyiapkan aset
yang besar bagi upaya membangun masa depannya.

Kesadaran ketiga, bahwa penempatan kader dalam struktur kepengurusan
merupakan amanah dakwah, bukan sebuah pemuliaan atau penghormatan.
Artinya, jika ada pengurus baru menggantikan pengurus lama, para
pengurus baru ini tengah menerima amanah untuk ditunaikan dengan
sepenuh tanggung jawab dan dedikasi, sedangkan para pengurus lama yang
tidak lagi mendapatkan amanah kepengurusan bukanlah pihak yang
dicampakkan. Kalau menjadi pengurus dimaknai sebagai pemuliaan, maka
tatkala tidak terpilih menjadi pengurus akan dimaknai sebagai
pembuangan, pencerabutan atau pencampakan potensi. Padahal sama sekali
tidak seperti itu maknanya.

Kesadaran keempat, tidak ada rumus pengistimewaan bagi para senior.
Dalam organisasi dakwah, senioritas tidak dimaknai dalam konteks
pragmatis, misalnya diutamakan dalam penempatan kepengurusan, atau
didahulukan dalam penempatan di jabatan publik, diutamakan dalam
fasilitas, dan seterusnya. Kepemimpinan bukanlah proses yang terjadi
secara “urut kacang”, dimana setiap kader bisa menghitung kapan
kesempatan menjadi pemimpin. Tidak seperti itu rumusnya. Untuk
menempati posisi kepemimpinan tidak selalu diambil dari orang yang
paling senior atau lebih senior, namun lebih kepada pertimbangan
kemaslahatan dalam pengertian yang luas. Hal ini penting dipahami,
agar kader yang merasa senior tidak tersinggung ketika dirinya tidak
ditempatkan dalam posisi kepemimpinan di struktur organisasi.

Kesadaran kelima, bahwa pergantian kepengurusan adalah sebuah
keniscayaan. Organisasi perlu diisi berbagai potensi, perlu
diregenerasi, perlu disegarkan dengan adanya pergantian. Proses
pergantian kepengurusan menandakan denyut kaderisasi berjalan dengan
lancar. Tidak mungkin selamanya kader menjadi pengurus organisasi,
harus ada batas waktunya. Maka silih berganti kader datang dan pergi
mengisi pos-pos struktur organisasi, untuk berkontribusi, dan menjadi
lahan kaderisasi.

Kesadaran keenam, bahwa purna kepengurusan berarti memiliki kesempatan
lebih luas untuk aktualisasi potensi di tengah kehidupan masyarakat,
bangsa dan negara. Setelah berkontribusi melalui struktur organisasi
dakwah, terbentuklah pendewasaan, pengalaman, kemampuan, ketrampilan
yang didapatkan selama masa kepengurusan berlangsung. Hal ini menjadi
modal dan bekal untuk membangun ketokohan sosial, membangun jejaring
sosial, membangun kredibilitas publik, untuk mengambil peran-peran
kemasyarakatan, kebangsaan dan kenegaraan lebih lanjut.

Kesadaran ketujuh, bahwa tidak ada kamus pensiun dalam aktivitas
dakwah. Periodisasi dalam kepengurusan organisasi dakwah memiliki
makna proses kaderisasi dan regenerasi yang lancar dan teratur di
kalangan kader dakwah. Setiap pengurus organisasi akan pensiun dari
kepengurusan, namun tidak ada kata pensiun dari aktivitas kebaikan.
Dakwah adalah sebuah dinamika yang berkesinambungan dan terus menerus
sampai akhir zaman. Tak pernah ada pensiunan aktivis, walaupun ada
aktivis yang futur. Maka kendati tidak berada dalam barisan
kepengurusan, tidak berarti selesai berkontribusi.

Bagi kader dakwah, totalitas (tajarrud) artinya adalah memberikan
semua potensi yang dimiliki dalam rangka mencapai tujuan-tujuan
dakwah. Dengan demikian, tidak terbatas pada amanah kepengurusan
formal. Dimanapun kader berada, dimanapun kader beraktivitas, melalui
sarana apapun kader berkarya, semua bisa dioptimalkan bagi kepentingan
pencapaian tujuan dakwah. Semua tetap terajut dalam kerja sistemik
(amal jama’i), yang akan membuahkan hasil yang sistemik pula.

Setelah rampung prosesi pergantian kepengurusan, kita ucapkan selamat
bertugas dan mengemban amanah bagi para kader yang mendapatkan peran
struktural. Curahkan segala potensi dan kemampuan anda dalam
menunaikan amanah kepengurusan, dengan segenap kesungguhan dan
dedikasi, dengan segenap kecintaan dan pengurbanan. Optimalkan
pembelajaran selama mengemban amanah kepengurusan, sehingga purna
kepengurusan nanti anda memiliki banyak sekali ilmu, wawasan,
pengetahuan, ketrampilan dan semakin bertambah potensi yang anda
miliki.

Bagi para kader yang telah purna masa khidmahnya dalam struktur
kepengurusan formal, kita ucapkan selamat atas keberhasilan memberikan
kontribusi terbaik selama masa kepengurusan. Anda telah mendapat
pengalaman dan pembelajaran berstruktur yang sangat penting bagi
peningkatan kapasitas anda, dan sekarang anda telah memberikan
kesempatan kepada kader-kader muda untuk mendapatkan pengalaman dan
pembelajaran tersebut. Organisasi dakwah ini adalah sebuah Universitas
yang terus mencetak kader untuk semakin lengkap potensinya.

Selamat berkontribusi pada lahan-lahan amal yang baru, di luar
struktur kepengurusan organisasi. Ada sangat banyak lahan kontribusi
menanti anda, ada sangat banyak kesempatan beramal di jalan dakwah,
ada sangat banyak peran yang bisa anda lakukan, tanpa harus berada
dalam struktur kepengurusan formal. Semua tetap dalam bingkai amal
jama’i yang teratur rapi. Semua tetap dalam satu koordinasi dan
konsolidasi untuk mencapai mimpi-mimpi yang kita bangun selama ini.

Itulah beberapa kesadaran besar yang harus kita kuatkan dalam
kehidupan dakwah. Jangan ada kader yang merasa dicampakkan, atau
dilupakan, atau dibuang, hanya karena dirinya tidak tertampung dalam
jajaran kepengurusan. Jangan ada kader yang kecewa dan merasa terhina
hanya karena tidak masuk dalam struktur organisasi. Semua kader dakwah
mengerti lahan-lahan tempat berkontribusi. Semua kader dakwah memahami
untuk tujuan apa terlibat dalam dakwah ini. Teruslah bekerja, teruslah
berkarya, hingga akhir usia. Menjadi apapun kita di organisasi dakwah
yang kita cintai, atau tidak menjadi apapun. Jangan pernah berhenti.

Fa idza faraghta fanshab, wa ila Rabbika farghab.

*posted by: pkspiyungan.blogspot.com

Sabtu, 19 Februari 2011

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Oleh Orang yang Manja

DPRa PKS KAPUK MUARA

Dakwah Tidak Dapat Dipikul Oleh Orang yang Manja

Islamedia - Dalam perjalanan ke Najed, Abu Musa Al Asy ari RA meriwayatkan “Dalam perjalanan itu kami keluar bersama Rasullullah SAW. Waktu itu kami enam orang bergantian mengendarai satu unta. Seorang naik unta secara bergantian. Sambil menunggu giliran kami harus menempuh perjalanan yang panjang, sehingga telapak kaki kami pecah-pecah dan kuku-kukunya pun copot. Waktu itu kami balut kaki kami dengan sobekan kain sehingga aku menyebut peperangan itu perang Dzatur Riqaa’ ‘Sobekan Kain’. Abu Musa Al Asy’ari menyebutkan hadits ini tetapi kemudian ia tidak menyukainya. Seolah-olah dia tidak suka untuk menceritakan pengalamannya.


Dalam riwayat Ibnu Ishaq dan Ahmad dari Jabir bin Abdullah RA ia menceritakan, “Kami berangkat bersama Rasullah SAW pada perang Dzatur Riqaa’. Pada kesempatan itu tertawanlah seorang wanita musyrikin. Setelah Rasullullah berangkat pulang, suami wanita itu yang sebelumnya tidak ada di rumah baru saja dating. Kemudian lelaki itu bersumpah tidak akan berhenti mencari sebelum dapat mengalirkan darah para sahabat Muhammad SAW. Lalu lelaki itu keluar mengikuti jejak perjalanan Rasullullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasullullah SAW. Pada sebuah lorong di suatu lembah Rasullulah SAW bersama para sahabat berhenti. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah diantara kalaian yang bersedia menjaga kita mala mini ?” Jabir berkata, “Maka majulah seorang dari muhajirin dan seorang lagi dari Anshar lalu keduanya menjawab. ‘Kami siap untuk berjaga ya Rasullullah’. Nabi Muhammad SAW berpesan ‘Jagalah kami di mulut lorong ini’” Jabir menceritakan waktu itu, Rasullullah SAW bersama para sahabat berhenti di lorong suatu lembah.

“Ketika kedua orang sahabat itu keluar ke mulut lorong, sahabat Anshar berkata pada sahabat Muhajirin. ‘Pukul berapa engkau inginkan aku berjaga apakah permulaan malam ataukah akhir malam ?’ Sahabat Muhajirin menjawab ‘Jagalah kami di awal malam’ Kemudian sahabat Muhajirin itu berbaring dan tidur. Sedangkan sahabat Anshar melakukan shalat, Jabir berkata, datanglah lelaki musyrikin itu dan ketika mengenali sahabat Anshar dia paham bahwa sahabat itu sedang bertugas jaga. Kemudian orang itu memanahnya tepat mengenai dirinya. Lalu sahabat Anshar mencabutnya kemudiah berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian orang musyrikin itu memanahnya lagi dan tepat mengenainya lagi, lalu sahabat itu mencabut kembali anak panah itu kemudian berdiri tegak melanjutkan shalatnya. Kemudian untuk ketiga kalinya orang itu memanah kembali sahabat Anshar tersebut dan tepat mengenai dirinya. Lalu dicabut pula anak panah itu kemudian dia rukuk dan sujud. Setelah itu ia membangunkan sahabat Muhajirin seraya berkata, ‘Duduklah karena aku telah dilukai.’ Jabir berkata,”Kemudian sahabat Muhajirin itu melompat mencari orang yang melukai sahabat Anshar itu. Ketika orang musyrikin itu melihat keduanya ia sadar bahwa dirinya telah diketahui maka ia pun melarikan diri. Ketika sahabat Muhajirin mengetahui darah yang melumuri sahabat Anshar, ia berkata.’Subhanallah kenapa engkau tidak membangunkan aku dari tadi ?’ Sahabat Anshar menjawab,’Aku sedang membaca surat dan aku tidak ingin memutusnya, namun setelah orang itu berkali-kali memanahku barulah aku rukuk dan memberitahukan dirimu. Demi Allah SWT kalau bukan karena takut mengabaikan tugas penjagaan yang diperintahkan Rasullullah SAW kepadaku niscaya nafasku akan berhenti sebelum aku membatalkan shalat.”

Kesetiaan Memenuhi Seruan Dakwah. Indikasi Sikap Militan Kader.

Perjalanan dakwah bukanlah perjalanan yang banyak ditaburi oleh kegemerlapan dan kesenangan melainkan ia merupakan perjalanan panjang yang penuh tantangan dan rintangan berat. Telah banyak kita dapati sejarah orang-orang terdahulu yang merasakan perjalanan dakwah ini. Ada yang disiksa, ada pula yang harus meninggalkan kaum kerabatnya ada pula yang diusir dari kampong halamannya. Dan sederetan kisah perjuangan lainnya yang banyak tersebut bukti dari pengorbanannya dalam jalan dakwah ini. Mereka telah merasakan dan sekaligus membuktikan cinta dan kesetiaan mereka terhadap dakwah.

Abu Musa Al Asya arid an para sahabat lainnya-Semoga Allah SWT meridhlai mereka- telah merasakannya hingga kaki-kaki mereka robek dan kukunya copot. Namun mereka arungi perjalanan itu tanpa mengeluh sedikit pun bahkan mereka malu untuk menceritakannya karena keikhlasan mereka dalam perjuangan ini. Keikhlasan membuat mereka gigih dalam pengorbanannya dan menjadi tinta emas sejarah umat dakwah ini.

Pengorbanan yang telah mereka berikan dalam perjalanan dakwah ini menjadi suri teladan bagi generasi sesudahnya. Karena kontribusi yang telah mereka sumbangkan maka dakwah ini tumbuh bersemi dan generasi berikutnya memanen hasilnya dengan gemilang. Kawasan Islam telah tersebar ke seluruh pelosok dunia. Umat Islam telah mengalami populasi dalam jumlah besar. Semua itu merupakan karunia yang diberikan Allah SWT melalui kesungguhan dan kesetiaan para pendahulu dakwah ini. Semoga Allah meridhlai mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya.

Mereka telah mengalami langsung apa yang difirmankan Allah SWT dalam Al Quran surat At taubah ayat 42, berikut :

“Kalau yang kamu serukan kepada mereka itu keuntungan yang mudah diperoleh dan perjalanan yang tidak berapa jauh, pastilah mereka mengikutimu, tetapi tempat yang dituju itu amat jauh terasa oleh mereka. Mereka akan bersumpah dengan (nama) Allah : “Jika kami sanggup tentulah kami berangkat bersamamu” Mereka membinasakan diri mereka sendiri dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya mereka benar-benar orang-orang yang berdusta.”

Mereka juga telah melihat siapa-siapa yang dapat bertahan dalam mengarungi perjalanan yang berat itu. Hanya kesetiaanlah yang dapat tabah meniti perjalanan dakwah ini. Kesetiaan yang menjadikan pemiliknya sabar dalam menghadapi cobaan dan ujian. Menjadikan mereka optimis menghadapi kesulitan dan siap berkorban untuk meraih kesuksesan. Kesetiaan yang menghantarkan jiwa-jiwa patriotic untuk berada pada barisan terdepan dalam perjuangan ini. Kesetiaan yang membuat pelakunya berbahagia dan sangat menikmati beban hidupnya. Setia dalam kesempitan dan kesukaran demikian pula setia dalam kelapangan dan kemudahan.

Sebaliknya orang-orang yang rentan jiwanya dalam perjuangan ini tidak akan dapat bertahan lama. Mereka mengeluh atas beratnya perjalanan yang mereka tempuh. Mereka pun menolak untuk menunaikannya dengan berbagai macam alasan agar mereka diizinkan untuk tidak ikut. Mereka pun berat hati berada dalam perjuangan ini dan akhirnya berguguran satu persatu sebelum mereka sampai pada tujuan perjuangan. Penyakit wahn telah menyerang mental mereka yang rapuh sehingga mereka tidak dapat menerima kenyataan pahit sebagai resiko dan sunnah dakwah ini. Malah mereka menggugatnya lantaran anggapan mereka bahwa perjuangan dakwah tidaklah harus mengalami kesulitan.

Oleh: Ustadz Dh Al-Yusni
Ditulis ulang dari Majalah Tarbiyah

Mengatasi Kekecewaan di Jalan Da'wah

DPRa PKS KAPUK MUARA

Mengatasi Kekecewaan di Jalan Da'wah


Islamedia : Tarbiyah juga berarti cara agar kita masih bisa tersenyum dalam kedukaan dan tetap tenang dalam perihnya luka perjalanan.


Mengatasi kekecewaan adalah hal penting di jalan ini.

Pendahuluan

Jika ada tugas untuk mengumpulkan kekecewaan kita pada perjalanan dakwah ini, rasanya hanya akan dibutuhkan sedikit waktu untuk menyelesaikan tugas itu. Karena kekecewaaan adalah hal inhern dalam kemanusiaan kita. Sangat mudah untuk membangkitkannya, kekecewaan hanya berada tipis dibawah kesadaran kita. Maka, kekecewaan hanyalah soal pilihan untuk ditampilkan atau tidak ditampilkan. Kekecewaan bukanlah soal punya atau tidaknya seorang da’I kepada barisan dakwah. Kekecewaan adalah perasaan kecewa. Makna kecewa secara bahasa adalah ; 1. Kecil hati, tidak puas (karena tidak terkabul keinginannya, harapannya, dan sebagainya), atau tidak senang. 2. Cacat atau cela. Misalnya dalam kata ; ‘Acara itu tak ada kecewanya’. 3. Gagal (tidak berhasil) dalam usahanya dan sebagainya. Maka kekecewaan dalam dakwah adalah perasaan kecil hati, perasaan tidak puas, atau perasaan tidak senang kepada dakwah. Kekecewaan ini –karena sebab apapun- memiliki benang merah ; tidak terkabulnya keinginan, harapan, dan hal lainnya.

Sebab-Sebab Kekecewaan


Seperti kata peribahasa ; ‘Tidak ada asap kalau tidak ada api’, kekecewaan hanya akan muncul jika ada keinginan yang tidak terpenuhi, tak terpuaskan atau adanya situasi yang tidak sepenuhnya sama dengan benak seseorang. Kekecewaan di jalan dakwah dapat disebabkan oleh faktorberikut ini : Pertama, kekecewaan seorang aktivis karena jengah melihat jurang yang dalam antara idealismenya dan realitas yang ada di hadapannya. Kedua, kekecewaan aktivis karena tidak puas dengan kebijakan-kebijakan qiyadah (pemimpin), keputusan syuro Ketiga, kekecewaan aktivis yang disebabkan karena buruknya menejemen dakwah. Kelelahan, perasaan tak berdaya dan perasaan tertipu kadang berubah menjadi rasa kecewa dan kebencian. Padahal ini ‘hanya’ berawal dari buruknya manajemen dakwah padanya. Keempat, kekecewaan akitivis yang lebih dilandasi hawa nafsu dan tipu daya syetan. Untuk mudahnya mengidentifikasinya, biasanya, kekecewaan semacam ini berhubungan dengan tidak tercapainya ambisi pribadi seorang aktivis. Tapi konsep di atas hanyalah sekadar cara deduktif untuk melihat berbagai kekecewaan yang pernah ada. Tetapi memang tak perlu dianalisis dengan terlalu serius. Karena kadang kekecewaan yang terungkap tidak selalu sama dengan kekecewaan yang ada dalam hati. Kekecewaan yang disebut pertama belum tentu sebab kekecewaan yang utama. Alasan sampingan belum tentu tidak penting dan sebaliknya. Dalam banyak kasus, penyebab kekecewaan dakwah bahkan tak bisa didefinisikan karena berkelindan dan saling bertali temali dalam jiwa seorang aktivis. Wa na’udzubillahi.

Respon ; tempat kita membedakan kekecewaan.


Siapa aktivis yang tak pernah kecewa? Tidak ada. Seorang aktivis dakwah bisa kecewa pada teman seiring, kecewa pada murabbinya, kecewa pada mutarabbinya, kecewa pada dakwah secara keseluruhan dan bisa juga kecewa pada tidak satupun pihak. Kecewa kadang tak memerlukan obyek. Cara duduk atau momen sebuah senyum dari kawan seiring saja bisa menjadi alasan kekecewaan yang mematikan kehidupan dakwah seseorang. Maka tak akan ada aktivis dakwah yang tak pernah kecewa. karena sesungguhnya kecewa itu manusiawi. Hanya saja, respon kekecewaan pada setiap aktivis dakwah itu berbeda secara spesifik. Ada aktivis dakwah yang mampu mengatasi dan meresponnya secara konstruktif. Tetapi tak semuanya. Ada juga aktivis yang tidak mampu mengatasinya dan bahkan meresponnya secara destruktif.

Kefahaman terhadap tabiat dakwah


Kefahaman terhadap tabiat Islam dan tabiat jalan dakwah adalah hal yang sangat membantu kita dalam mengelola kekecewaan. Di jalan dakwah, bercerai berai adalah hal yang terlarang, sebagaimana firman-Nya ;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.(QS. Ali Imran: 103)

Kefahaman terhadap tabiat jalan dakwah adalah hal yang sangat membantu kita dalam mengelola kekecewaan. Memahami bahwa amal jama’i bukan jalan datar, ada kalanya mendaki dan menurun, adalah hal penting untuk dilakukan. Pemahaman ini akan melahirkan kemampuan bernafas dalam jangka panjang. Amal jama’I bukan jalan yang membebaskan kita dari interaksi dengan beragam sifat manusia, berbagai pemikiran, berbagai fitnah, dan beragam hal lainnya.

Optimis, Ceria dan Rileks


Sebenarnya ada banyak akhlaq yang harus ada dalam diri seorang da’i atau aktivis dakwah, seperti ; ikhlas, pintar, rendah hati, bertanggungjawab, Percaya Diri, dan Kebesaran Jiwa. Tetapi tulisan ini tak ingin mengulas hal hal yang disebut itu. Sudah ada banyak ulasan soal itu. Tulisan sederhana ini akan menyoroti beberapa sikap lain yang harus mengisi daftar belanja kita. Sikap itu adalah ; Optimis, Ceria dan Rileks. Dibutuhkan sikap rilek dan ceria dalam dakwah. Orang yang ceria adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain, juga dirinya sendiri. Mereka yang ceria dan rilek punya potensi untuk menghibur dan mendorong semangat orang lain. Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan harus diekspresikan dan diajarkan. Setidaknya ditularkan. Harus ada kesengajaan untuk menguatkan keceriaan dan memperbanyak pribadi ceria dalam kehidupan dakwah ini.

Mereka,.,.,.

Mereka yang rileks berpeluang besar memiliki ruang maaf yang luas. Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain. Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci dan permusuhan. Ketika menghadapi masa-masa sukar dia tetap tegar, tidak membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan. Mereka yang ceria dan rileks tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Mereka yang ceria dan rileks tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Mereka yang ceria dan rileks tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya. Mereka ini jarang merasa terkejut oleh problem. Mereka yang optimis, ceria dan rileks adalah mereka yang mencari pemecahan masalah. Mereka yang optimis, ceria dan rileks memiliki cukup keyakinan terhadap sebagian peran meraka di masa depannya. Mereka yang optimis, ceria dan rileks yang merasa memiliki kemungkinan untuk melakukan perubahan secara teratur dan bertahap. Mereka yang optimis, ceria dan rileks memiliki kemampuan untuk menghentikan alur berpikir yang negatif. Mereka yang optimis, ceria dan rileks melatih daya imajinasi untuk meraih keberhasilan. Bahkan mereka yang optimis, ceria dan rileks selalu merasa gembira bahkan ketika mereka tidak berbahagia. Itu karena mereka banyak membina rasa cinta dalam banyak sisi kehidupan mereka, mereka suka bertukar berita baik, dan mereka menerima dengan baik apa saja yang tidak bisa diubah. Optimis, ceria dan rilek akan menghasilkan rasa percaya diri. Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Orang semacam ini tahu apa yang harus dilakukannya dan dan tahu bagaimana melakukannya dengan baik. Orang orang semacam ini akan bertanggung jawab dan akan melaksanakan kewajibannya dengan sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya. Dan ketika mengalami kegagalan, orang semacam ini tidak akan mencari kambing hitam. Dan bahkan kalau orang semacam ini merasa kecewa dan sakit hati, mereka tidak akan menyalahkan siapapun. mereka menyadari bahwa dirinya sendirilah yang bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

Penutup


Membangun masyarakat dengan struktur yang kokoh membutuhkan komitmen yang kuat dari para pekerjanya. Para pekerja proyek dakwah bukanlah orang yang mudah berkhianat. Mungkin pilihan kata berkhianat terlalu kasar, tetapi dakwah memang bukan selalu sama dengan bisnis. Komitmen dakwah bukan soal mana yang lebih ekonomis, mana yang lebih bisa mendengar keluh kesah dan kemauan, dan juga bukan soal mana yang lebih membuat diri ini eksis. Dakwah ini membutuhkan kesetiaan dan sikap tak mudah beranjak dari barisan. Tapi itu semua harus dilakukan dengan penuh kefahaman, optimis, dilakukan dalam keceriaan dan dilakukan secara rileks. Itu semua agar umur dakwah kita panjang dan agar kita memiliki bekal dihadapanNya.

[Eko Novianto, Penulis Buku "Sudahkah Kita Tarbiyah"]


Dakwah Adalah Cinta...

DPRa PKS KAPUK MUARA

Dakwah Adalah Cinta...

12/29/2010 12:43:00 PM | Posted by Abu Rafah

Islamedia - Teringat kembali aku akan nasehat Syaikhut Tarbiyah, Ust. Rahmat Abdullah, tentang
dakwah…


Memang seperti itu dakwah.
Dakwah adalah cinta.
Dan cinta akan meminta semuanya dari dirimu.
Sampai pikiranmu.
Sampai perhatianmu.
Berjalan, duduk, dan tidurmu.

Bahkan di tengah lelapmu, isi mimpimu pun tentang dakwah. Tentang umat yg kau cintai.

Lagi-lagi memang seperti itu. Dakwah. Menyedot saripati energimu. Sampai tulang belulangmu. Sampai daging terakhir yg menempel di tubuh rentamu. Tubuh yg luluh lantak diseret-seret. .. Tubuh yang hancur lebur dipaksa berlari.

Seperti itu pula kejadiannya pada rambut Rasulullah. Beliau memang akan tua juga. Tapi kepalanya beruban karena beban berat dari ayat yg diturunkan Allah.

Sebagaimana tubuh mulia Umar bin Abdul Aziz. Dia memimpin hanya sebentar. Tapi kaum muslimin sudah dibuat bingung. Tidak ada lagi orang miskin yg bisa diberi sedekah. Tubuh mulia itu terkoyak-koyak. Sulit membayangkan sekeras apa sang Khalifah bekerja. Tubuh yang segar bugar itu sampai rontok. Hanya dalam 2 tahun ia sakit parah kemudian meninggal. Toh memang itu yang diharapkannya; mati sebagai jiwa yang tenang.

Dan di etalase akhirat kelak, mungkin tubuh Umar bin Khathab juga terlihat tercabik-cabik. Kepalanya sampai botak. Umar yang perkasa pun akhirnya membawa tongkat ke mana-mana. Kurang heroik? Akhirnya diperjelas dengan salah satu luka paling legendaris sepanjang sejarah; luka ditikamnya seorang Khalifah yang sholih, yang sedang bermesra-mesraan dengan Tuhannya saat sholat.

Dakwah bukannya tidak melelahkan. Bukannya tidak membosankan. Dakwah bukannya tidak menyakitkan. Bahkan juga para pejuang risalah bukannya sepi dari godaan kefuturan.

Tidak… Justru kelelahan. Justru rasa sakit itu selalu bersama mereka sepanjang hidupnya. Setiap hari. Satu kisah heroik, akan segera mereka sambung lagi dengan amalan yang jauh lebih “tragis”.

Justru karena rasa sakit itu selalu mereka rasakan, selalu menemani… justru karena rasa sakit itu selalu mengintai ke mana pun mereka pergi… akhirnya menjadi adaptasi. Kalau iman dan godaan rasa lelah selalu bertempur, pada akhirnya salah satunya harus mengalah. Dan rasa lelah itu sendiri yang akhirnya lelah untuk mencekik iman. Lalu terus berkobar dalam dada.

Begitu pula rasa sakit. Hingga luka tak kau rasa lagi sebagai luka. Hingga “hasrat untuk mengeluh” tidak lagi terlalu menggoda dibandingkan jihad yang begitu cantik.

Begitupun Umar. Saat Rasulullah wafat, ia histeris. Saat Abu Bakar wafat, ia tidak lagi mengamuk. Bukannya tidak cinta pada abu Bakar. Tapi saking seringnya “ditinggalkan” , hal itu sudah menjadi kewajaran. Dan menjadi semacam tonik bagi iman..

Karena itu kamu tahu. Pejuang yg heboh ria memamer-mamerkan amalnya adalah anak kemarin sore. Yg takjub pada rasa sakit dan pengorbanannya juga begitu. Karena mereka jarang disakiti di jalan Allah. Karena tidak setiap saat mereka memproduksi karya-karya besar. Maka sekalinya hal itu mereka kerjakan, sekalinya hal itu mereka rasakan, mereka merasa menjadi orang besar. Dan mereka justru jadi lelucon dan target doa para mujahid sejati, “ya Allah, berilah dia petunjuk… sungguh Engkau Maha Pengasih lagi maha Penyayang…

“ Maka satu lagi seorang pejuang tubuhnya luluh lantak. Jasadnya dikoyak beban dakwah. Tapi iman di hatinya memancarkan cinta… Mengajak kita untuk terus berlari…

“Teruslah bergerak, hingga kelelahan itu lelah mengikutimu.
Teruslah berlari, hingga kebosanan itu bosan mengejarmu.
Teruslah berjalan, hingga keletihan itu letih bersamamu.
Teruslah bertahan, hingga kefuturan itu futur menyertaimu.
Tetaplah berjaga, hingga kelesuan itu lesu menemanimu.”
(alm. Ust Rahmat Abdullah)


Kalau iman dan syetan terus bertempur. Pada akhirnya salah satunya harus mengalah. : In memoriam Ust. Rahmat Abdullah La’allanaa fii barokatillah…. Ya Alloh, karuniakanlah kami panasnya iman yang mampu membakar ruh HAMASAH untuk terus bermujahadah dengan penuh kesabaran….aamiin.

Jumat, 18 Februari 2011

Saudaraku Maafkan...

DPRa PKS KAPUK MUARA

Saudaraku Maafkan...


Ikwahfillah Rahimakumullah, maafkan . . .

Saudaraku, semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya bagi kita semua dan semoga salawat serta salam selalu tercurah kepada baginda RasululLah SAW.

Saudaraku sungguh berat rasanya lidah ini mau berkata ketika sebuah nasihat dikatakan hanya sebuah retorika atau permainan kata belaka. Tetapi, sungguh tak tertahankan pula sedih di hati ini melihat apa yang terjadi diantara 'kita'.

Saudaraku, keyakinan bahwa masih terekam dengan sangat jelasnya di hati kita semua akan hadits RasululLah SAW yang menyatakan "agama itu adalah nasihat" maka aku kuatkan tekad untuk menuliskan sebuah taushiyah yang pernah kubaca. Nasihat untuk diriku sendiri dan juga untuk kita semua.


Saudaraku seaqidah . . . marilah kita ingat sejenak . . .


Ketika saya bersitegang dengan antum/na dalam suatu rapat. Ketika saya acuh dalam pertemuan selintas. Ketika keluar ucapan kasar dengan serapah. Ketika ada ganjalan yang menghujam kalbu. Ketika tiris dan hambar senyum terkembang. Ketika mengingkari kehadiran antum dalam dakwah. Ketika secara sadar nilai maknawi ternodai. Ketika perasaan lebih benar menguasai diri. Ketika memandang antum/na lebih rendah daripada kufar. Ketika merasa paling beramal. Ketika interaksi kita hanya sebatas basa-basi. Ingatlah kembali semuanya.

Maafkan atas kesadaran yang terlambat. Menyadari hak antum/na yang tersita. Maafkan kekerasan hati, kelemahan jiwa, kurangnya pengetahuan dan minimnya lapang dada. Maafkan ambisi yang besar dan perasaan mau menang sendiri. Maafkan kelalaian dan empati yang tipis untuk mengerti dan mengutamakan antum/na. Maafkan.

Maafkan saya yang telah menggugurkan kehormatan dan kemuliaan antum/na. Semoga rasa maaf antum/na mampu mengganti murka Allah SWT. Menjadi air yang memadamkan gejolak api neraka, pelapang atas sempitnya dada yang merasa bersalah.


Sekali lagi maafkan saya dalam interaksi ukhuwwah kita.


Persaudaraan menjadi kata yang teramat mahal hari ini. Padahal ini kunci kejayaan ummat Islam di masa silam. Kata yang mampu mengejawantahkan aqidah dalam segala manifestasinya. Ukhuwwah adalah buah dari kualitas keimanan. Semakin bagus kualitas keimanan seseorang, semakin bagus pula pemahaman dan penerapan nilai ukhuwwah dalam dirinya. Karenanya Imam As-Syahid Hasan Al-Banna menegaskan "Dakwah dibangun diatas keimanan yang melahirkan ukhuwwah dan jama'ah yang membawa kepada persatuan".

Lebih jauh ukhuwwah adalah nikmat Allah SWT yang besar. Memutuskan ukhuwwah sama dengan mengkufuri nikmat tersebut.
Allah SWT berfirman :

"Dan berpegang teguhlah kamu sekalian kepada tali Allah keseluruhannya, dan janganlah kamu berpecah belah. Ingatlah kamu akan nikmat Allah yang dilimpahkan-Nya kepadamu, ketika kamu dalam keadaan bermusuhan. Lalu Allah menyatukan hati-hati kamu. Maka jadilah kamu dengan nikmat-Nya bersaudara". ( QS Ali Imran [3] : 3 ).

Ust. Ahmad Yani menegaskan dalam kitab refleksi ukhuwah :

"Sifat persaudaraan muslim selalu meletakkan kehormatan dan izzah seorang muslim sebagai harga diri yang harus dipenuhi hak-haknya oleh muslim lainnya".

Namun mari kita hitung kembali semua itu hari ini. Apakah setiap kita melihat ikhwah kita, yang pertama teringat adalah hak ukhuwwahnya yang harus kita tunaikan ? Apakah pertanyaan kita sebelum menuntut amanah adalah seputar keadaannya ?

Disebelah manakah diri kita dari seruan dakwah yang penuh cinta kasih yang disampaikan oleh Imam Syahid Hasan Al-Banna :

"Betapa inginnya kami agar umat ini mengetahui bahwa diri mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa-jiwa kami gugur sebagai penebus kehormatan mereka, jika memang tebusan itu diperlukan. Atau menjadi harga bagi tegaknya kejayaan, kemuliaan dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami seperti ini selain rasa cinta yang mengharu biru di hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami dan mencabut rasa ingin tidur dari pelupuk mata kami. Betapa berat rasa di hati kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik ummat ini. Sementara kita hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah pada keputusasaan".

Masih adakah alasan bagi kita untuk menunda sikap mulia, mencintai saudara kita. Masih adakah ambisi lain dalam diri kita untuk bersengketa dengan mereka dalam dakwah ?. kecuali bahwa niat yang ikhlas telah berganti dengan pamrih atau hati yang lembut telah keras membatu. Sementara kita belum lagi membuktikan komitmen keimanan.

"Kami tidak mengharapkan sesuatu pun dari manusia. Tidak mengharapkan harta benda atau apapun imbalan lainnya. Tidak juga popularitas, apalagi sekedar ucapan terima kasih. Yang kami harapkan hanyalah pahala dari Allah SWT, Zat Yang Telah Menciptakan kami".

WalLahua'lam bis-showaab ( Akhukum FilLah ).

Posted by Abu Rafah

Rabu, 16 Februari 2011

Agar Futur Tidak Menghantui


DPRa PKS KAPUK MUARA

Agar Futur Tidak Menghantui



"Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146).
Saudaraku…
Pengikut yang bertaqwa adalah mereka yang tidak menjadi lemah karena bencana, ujian, ketidakberuntungan yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah kepada musuh Allah dan Allah menyukai orang-orang yang bersabar.
Ada fenomena kelesuan atau futur dalam dimensi aqidah dan umumnya terjadi karena pergeseran orientasi hidup, lebih berorientasi pada materi duniawi an sich. Dan ada juga dalam dimensi ibadah dengan lemahnya disiplin -indhibath- terhadap amaliyah ubudiyah yaumiyah (harian). Adapun dalam dimensi fikriyah terlihat dengan lemahnya semangat meningkatkan ilmu. Di sisi lain pergeseran adab islami menyelimuti akhlaq mereka, belum lagi rasa jenuh dalam mengikuti aktivitas tarbawiyah atau pembinaan keislaman dan hubungan yang terlalu longgar antar lawan jenis.

Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik (orang yang bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri. Hal demikian juga terjadi pada muharrik. Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat lain, iapun dapat mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para muharrik kadang terkena satu penyakit yang membahayakan kelangsungan gerang langkah dakwah. Yaitu penyakit futur atau kelesuan.

Saudaraku…
Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak atau diam setelah bergerak, atau malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh.
Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak mengakibatkan terlepasnya muharrik dari roda dakwah. Hanya malaikat yang mampu kontinyu mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.

Firman Allah, “dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang di langit dan di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya.” (Al-Anbiya: 19-20)
Karena itu Rasulallah sering berdoa:
Artinya: “Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik amalku keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.”

Penyebab Futur
Walaupun futur merupakan hal yang mungkin terjadi bagi muharrik, ada beberapa penyebab yang dapat menyegerakan timbulnya:

Pertama, berlebihan dalam din (Bersikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Berlebihan pada suatu jenis amal akan berdampak kepada terabaikannya kewajiban-kewajiban lainnya. Dan sikap yang dituntut pada kita dalam beramal adalah washathiyyah atau sedang dan tengah-tengah agar tidak terperangkap dalam ifrath dan tafrith (mengabaikan kewajiban yang lain).
Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:
“Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan atau menjadi berat mengamalkannya.” (H.R. Muslim)
Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah yang sedikit dan kontinyu.

Kedua, berlebih-lebihan dalam hal yang mubah. (Berlebihan dan melampaui batas dalam mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)
Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat sangat menjaganya. Mereka lebih memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram. Berlebihan dalam makanan menyebabkan seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan memberatkan badan. Sehingga orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai. Dan santai mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini bisa menghalangi dalam amal dakwah.

Ketiga, memisahkan diri dari kebersamaan atau jamaah (Mengedepankan hidup menyendiri dan berlepas dari organisasi atau berjamaah)
Jauhnya seseorang dari berjamaah membuatnya mudah didekati syaitan. Rasul bersabda: “Setan itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah dari kawanannya.” (H.R. Ahmad)
Jika setan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan hatinya akan melahirkan zhan (prasangka) yang tidak pada tempatnya kepada organisasi atau jamaah. Jika berlanjut, hal ini menyebabkan hilangnya sikap tsiqah (kepercayaan) kepada organisasi atau jamaah.
Dengan berjamaah, seseorang akan selalu mendapatkan adanya kegiatan yang selalu baru. Ini terjadi karena jamaah merupakan kumpulan pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan ide baru. Sedang tanpa jamaah seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi akibat kerutinan. Karena itu imam Ali berkata: “Sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik dari bergemingnya hidup sendiri.”

Keempat, sedikit mengingat akhirat (Lemah dalam mengingat kematian dan kehidupan akhirat)
Saudaraku…
Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan adanya hisab atas setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab nanti. Karena itu Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”

Kelima, melalaikan amalan siang dan malam (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam mengamalkan aktivitas ’ubudiyah harian)
Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah. Selalu terjaga komunikasi sambung rasa antara ia dengan Allah swt. Ini membuatnya mempersiapkan kondisi ruhiyah atau spiritual yang baik sebagai dasar untuk bergerak dakwah. Namun sebaliknya, kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang wajib maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan dengan kemampuan untuk berbicara kepada hati. Dakwah yang benar, selalu memulainya dengan memanggil hati manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.
Allah berfirman: “Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai cahaya sedikit pun.” (An-Nur: 40)

Keenam, masuknya barang haram ke dalam perut (Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat, apalagi haram)

Ketujuh, tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan. (Tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dakwah)
Setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan bathil selalu berusaha untuk memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang Pendukung Islam. Di lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah kehendaki akan bertemu dalam suatu “fitnah”. Dalam bahasa Arab, kata “fitnah” berasal dari kata yang digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya. Karena itu “fitnah” merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku dakwah. Dengan “fitnah” Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shadiqin dan siapa yang kadzib (dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan akan terjadi pengubahan orientasi dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah Berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka.” (Al-Ahqaf: 14)

Kedelapan, bersahabat dengan orang-orang yang lemah (Berteman dengan orang-orang yang buruk dan bersemangat rendah)
Kondisi lingkungan (biah) dapat menentukan kualitas seseorang. Teman yang baik akan melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana ta’awun atau tolong-menolong dan saling menasihatkan. Sementara teman yang buruk dapat melunturkan hamasah (kemauan) yang semula telah menjadi tekad. Karena itu Rasulullah bersabda:
“Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat salah seorang di antara kalian siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)

Kesembilan, spontanitas dalam beramal (Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jama’i)
Amal yang tidak terencana, yang tidak memiliki tujuan sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat melahirkan hasil yang diharapkan. Hanya akan timbul kepenatan dalam berdakwah, sementara hasil yang ditunggu tak kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal (sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.

Kesepuluh, jatuh dalam kemaksiatan (Meremehkan dosa dan maksiat)
Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit diharapkan seorang juru dakwah mampu beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri sendiri pun sulit.

Cara Mengobati Kelesuan
Saudaraku…
Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.

Pertama, jauhi kemaksiatan
Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan pada akhirnya membawa kepada kesesatan. Allah berfirman:
“Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku, maka binasalah ia.” (Thaha: 81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini orang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfirman:
“Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan dari bumi.” (Al-A’raf: 96)

Kedua, tekun mengamalkan amalan siang dan malam
Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga pelaku dakwah untuk selalu berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat menjauhkannya dari perbuatan yang tidak mendapat restu dari Allah.
Allah berfirman:
“Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang (mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka.” (Al-Furqan: 63-64)

Ketiga, mengintai waktu-waktu yang baik
Dalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu dimana Allah swt. lebih memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jum’at, antara dua khutbah, ba’da Ashar hari Jum’at, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah, Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat mengangkat derajat seseorang di hadapan Allah.

Keempat, menjauhi hal-hal yang berlebihan.
Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan dalam keburukan. Allah memerintah manusia sesuai dengan kemampuannya.
Firman Allah:
“Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu!” (At-Taghabun: 6)
Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat, namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman:
“Demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan. (Al-Baqarah: 143)

Kelima, melazimi Jamaah
“Berjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu azab.” demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits yang lain beliau bersabda: “Barangsiapa yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia melazimi jamaah.”
Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam majelis dzikir dan pikir. Hal ini membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jamaah dapat memberikan program dan kegiatan yang variatif. Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.

Keenam, mengenal kendala yang akan menghadang
Saudaraku…
Pengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan yang hendak dilalui serta rambu-rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang akan datang. Allah berfirman:
“Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.” (Ali Imran: 146)

Ketujuh, teliti dan sistemik dalam kerja.
Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang jelas, serta kesadaran akan tanggung jawab yang diemban, dapat membuat harakah menjadi harakatul muntijah (harakah yang berhasil). Perencanaan akan menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang. Tujuan yang akan dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan yang besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai sasaran-sasaran yang telah ditentukan.

Kedelapan, memilih teman yang shalih
Rasulullah bersabda:
“Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman.” (H.R. Abu Daud)

Kesembilan, menghibur diri dengan hal yang mubah
Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya kegiatan rekreatif serta memberikan hak badan secara cukup mampu membuat diri menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal yang sedang dikerjakan.

Kesepuluh, mengingat mati, surga dan neraka
Rasulullah bersabda: “Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau akan banyak menangis dan sedikit tertawa.”

Saudaraku…
Ketahuilah, bahwa futur menyebabkan jalan dakwah yang harus di tempuh menjadi lebih panjang, sebab tidak mendapatkan ma’iyatullah (kebersamaan dan pembelaan Allah) dan daya intilaq (lompatan) kita menjadi lebih berat, baik karena borosnya biaya dan rontoknya para pejuang dan penyeru dakwah. Mudah-mudahan Allah selalu menjaga kita, Amin. Wallahu a’lam bis shawab